Review Film Memory 2023 Jessica Chastain

Review Memory, film tentang seorang wanita yang sedang melawan kecanduan dan pertemuan tak sengajanya dengan seorang pria dengan degradasi memori

"Memory" 2023 adalah sebuah film drama yang muncul sebagai eksplorasi tajam antara emosi manusia dan cara kerja ingatan yang rumit. Disutradarai oleh Michel Franco, film bergenre drama ini menggali jauh ke dalam kehidupan para karakternya, meninggalkan memori tersendiri bagi pemirsa.

Memory 2023

Dibintangi oleh Jessica Chastain sebagai Sylvia, seorang ibu tunggal dan pekerja sosial yang dihantui oleh masa lalunya, dan Peter Sarsgaard sebagai Saul, seorang pria yang bergulat dengan demensia dini, Memory menjalin narasi kompleks yang menghubungkan kehidupan bermasalah mereka setelah reuni sekolah menengah. Dengan penampilan luar biasa dari pemain kelas A termasuk Merritt Wever, Brooke Timber, Elsie Fisher, Josh Charles, dan Jessica Harper, film ini menawarkan eksplorasi mendalam tentang hubungan manusia dan kerapuhan ingatan.

Berlatar belakang produksi Meksiko-Amerika, film ini menghadirkan perpaduan unik antara pengaruh budaya, memperkaya penceritaannya dengan mendalam. Terpilihnya film tersebut untuk bersaing memperebutkan Golden Lion di Festival Film Internasional Venesia ke-80 menunjukkan banyak hal tentang nilai artistik dan kehebatan narasinya.

Entah itu upaya Sylvia yang tiada henti untuk mencapai penutupan atau perjuangan Saul untuk mempertahankan kenangan singkat, film ini terasa menyentuh, memicu introspeksi dan empati. 

Pemeran:

  • Jessica Chastain sebagai Sylvia
  • Peter Sarsgaard sebagai Saul
  • Merritt Wever sebagai Olivia
  • Jessica Harper sebagai Samantha
  • Elsie Fisher sebagai Sara
  • Brooke Timber sebagai Anna
  • Josh Charles sebagai Isaac
  • Tom Hammond sebagai Robert

Review

Dalam ranah penceritaan emosional, Memory muncul sebagai narasi menyentuh yang menggali kehidupan protagonisnya, Sylvia dan Saul, yang diperankan oleh Jessica Chastain dan Peter Sarsgaard. Disutradarai Michel Franco, film ini menawarkan sekilas kompleksitas hubungan antarmanusia di tengah pergumulan pribadi.

Sylvia, mewujudkan esensi dari gejolak emosi seorang peminum berat, menjalani kehidupan yang terlindung bersama putri remajanya Anna, yang diperankan oleh Brooke Timber. Dinamika dalam keluarga mereka berubah ketika Anna menemukan hiburan bersama bibinya yang "normal", Olivia, yang diperankan oleh Merritt Wever, dan keluarganya. Namun, dunia Sylvia berubah secara tak terduga setelah kejadian aneh di reuni SMA-nya.

Saul, diperankan oleh Peter Sarsgaard, seorang pria yang bergulat dengan demensia, memori yang hilang perlahan seperti butiran pasir yang jatuh melalui jari-jarinya. Saat jalan Sylvia dan Saul saling terkait, mereka menemukan hubungan yang lahir dari kerentanan bersama. Terlepas dari perjuangan masing-masing, mereka menemukan hiburan di kebersamaan satu sama lain dalam kompleksitas kehidupan bersama.

Meskipun Sylvia dan Saul pada awalnya tampak sebagai individu yang "terputus", perjalanan mereka terungkap sebagai bukti kekuatan yang ditemukan dalam kebersamaan, bukannya berpisah.

Meskipun latar belakang Saul mungkin terasa kurang dibahas, fokus film pada perjalanan Sylvia tetap teguh.

Inti ceritanya terletak pada Sylvia, yang digambarkan dengan mendalam dan rentan oleh nominasi Independent Spirit Award Jessica Chastain. Bermasalah dengan kemunculan kembali Saul, mantan teman sekelas yang dia yakini dulunya telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya, Sylvia bergulat dengan pertanyaan tentang motif dan memori. Namun, ketika masa lalu mereka mulai terkuak, sebuah kebenaran tak terduga muncul – Saul menderita demensia, ingatannya sendiri terfragmentasi dan cepat berlalu.

Pengungkapan ini memicu perjalanan baru bagi Sylvia dan Saul, membentuk ikatan baru saat mereka menelusuri labirin masa lalu masing-masing. 

Peter Sarsgaard hadir dengan penampilan memukau, menangkap esensi seorang pria yang bergulat dengan memori yang retak dan terdegradasi. Bersama-sama, Chastain dan Sarsgaard menghidupkan karakter mereka, menanamkan narasi dengan emosi dan keaslian yang nyata.

Meskipun tempo filmnya mungkin terputus-putus pada tahap awal, dengan sesekali terjadi redundansi dan momen-momen membosankan, narasinya memperoleh momentumnya pada paruh kedua. 

Memory menantang pemirsa untuk menghadapi persepsi mereka sendiri tentang realitas dan ingatan, menawarkan perspektif segar mengenai proses penyembuhan. Saat Sylvia dan Saul melihat kembali kompleksitas masa lalu mereka, mereka menemukan bahwa terkadang, penyembuhan datang dari tempat yang paling tidak terduga.

Kesimpulannya, Memory adalah sebuah eksplorasi tentang trauma dan pengampunan. Meskipun mungkin memerlukan kesabaran dari para penontonnya, tidak dapat disangkal bahwa imbalannya sangat bermanfaat. Melalui penyampaian cerita yang tenang, film ini mengingatkan kita bahwa penyembuhan sejati dimulai dengan rasa pengertian.

About the Author

charma adalah nama online blogger, sejak 2014 telah mengisi hari-hari dengan mengangkat informasi film dan novel, berhenti sejenak dan masih terus mencoba bertahan dengan cara lama di arena yang sangat besar ini. Terimakasih gaiss atas kunjungannya …

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.